IUI/Inseminasi I | Live Love Hope

IUI/Inseminasi I

| on
Thursday, November 12, 2015


Tanggal 10 October 2015,

Pertama datang H+3, USG trans-V (seperti biasa) cek kondisi rahim & jumlah telur (masih tetap aman alhamdulillah).

Aga kuatir dengan hasil SA hubby, tapi dr. Irham bilang "ah masih banyak yang lebih parah dari kamu, tenang aja", jadi lega, fiuhh ^___^.

Oia, tentang kenapa memilih konsul ke dr. Irham, bisa dibaca di post sebelumnya.

(Baca juga: Hunting Obgyn)

Berikut percakapan saya & hubby dengan dr. Irham.

Dr. Irham: Kita pantau dulu telurnya, coba alami
Saya: Kalau insem aja gimana dok? (langsung nembak)
Dr. Irham: (surprised), Hahaha, insem ya, bisa aja, mau kapan? Bulan ini?
Hubby: Iya bulan ini dok, abis alami ga jadi-jadi terus
Dr. Irham: Ok nanti datang tanggal (cek kalender), tanggal 20 ya, konsul lagi, kalau ok kita insem
Saya: Ga perlu minum obat apapun dok? (maksudnya obat pembesar sel telur)
Dr. Irham: Hahaha ga usah, kita coba yang alami dulu aja, insem alami, kalau ok kita lanjut, kalau ga, baru next cycle
Dr. Irham: Sudah tau proses insem itu gimana?
Saya & Hubby: kompak jawab "beluuumm" hehehe

Mulailah dr. Irham menjelaskan proses insem secara singkat namun jelas.

Sesi konsul hari itu ditutup dengan dokter mengingatkan kami agar tidak lupa untuk membuat janji dengan bagian informasi di depan, akan konsul kembali pada tanggal 20 Oktober (H+13).

Tanggal 20 October 2015,

Dengan moda transportasi yang lagi hits saat ini, GOJEK, saya meluncur ke BIC. Untungnya jalanan tidak begitu ramai.

Setelah mendaftar ulang, saya duduk di deretan kursi tunggu di depan ruangan sang dokter tampan *tsssaaahh*. 

Sambil menunggu hubby datang, saya menyibukkan diri dengan meneror menanyakan hubby *sudah sampai mana|kenapa belum datang juga|jangan lama-lama*.

Saya dan hubby tidak datang sama-sama karena saya kerja, hubby juga kerja, tempat kerja kami juga berjauhan, jadi lebih praktis kalau langsung janjian di klinik aja. 

Setengah jam kemudian hubby datang, duduk di samping saya, mengeluh ngantuk kemudian tidur (sambil duduk) *ngorok pula*. #Ahhh..mau ditaruh mana muka gw#. Langsung senggol hubby sampai kaget.

Menunggu dan menunggu dan menunggu (nunggunya lama, karena ternyata dokternya lagi ada tindakan, jadi molor prakteknya). Akhirnya giliran saya dipanggil juga. 

Masuk ke ruangan, dr. Irham menyapa kami dengan bersemangat & senyum lebar khas beliau.

Dr. Irham: Kita cek dulu telurnya

Dicek via USG trans-V, ternyata ada 1 telur di sebelah kiri yang sudah mencukupi besarnya, sekitar 18-19mm.

FYI, telur matang di saat masa subur minimal besarnya 18mm, <18mm bisa jadi anda termasuk PCO.

Setelah USG kemudian sesi konsul.

Saya: Jadi saya ga PCO kan dok?

Karena dokter sebelumnya meresepkan metformin/glucophage yang biasa diminum oleh penderita PCO. Jadi saya suspect PCO, tapi ternyata engga. Alhamdulillah banget rasanya.

Dr. Irham: Engga dong, buktinya telurnya bisa besar, matang. Nah, jadi mau insem?
Saya & Hubby: Jadiiiiiiiii
Dr. Irham: Ok, jadi mau besok atau lusa? Kalau besok berarti suntik pemecah telur hari ini, kalau lusa berarti suntiknya besok

Berunding sejenak dengan hubby.

Hubby: Besok aja dok, karena lusa ada kemungkinan saya ke luar kota (dinas)
Dr. Irham: Ok, ini resep suntikannya, nanti minta tolong suster di depan untuk jelasin prosedurnya ya. Kita ketemu lagi besok untuk tindakan insem jam 11.

Sesi konsul berakhir. Oleh suster di depan, saya diminta untuk ke apotek menyerahkan resep & melakukan pembayaran di kasir kemudian mengambil obat lengkap dengan suntikannya di apotek.   

Setelah itu, saya kembali ke suster, minta tolong untuk disuntikan. Rasanya? Hmm, karena saya lebay penakut jadi rasanya sakitttt..pake banget.. bahahaha..

Engga ding, cuma ngilu-ngilu dikit, tapi kata suster juga karena obatnya lebih padat jadi rasanya sedikit lebih sakit dr suntikan obat lainnya.

Oleh suster, besok kami diminta datang jam 8 pagi dan langsung ke lt. 3 untuk pengambilan sperma

Tanggal 21 October 2015,

Jam 8 pagi teng, udah siap semangat proses insemnya. Langsung naik ke lantai 3 & daftar ulang. Kemudian pergi ke suster di depan ruang pengambilan sperma.

Dijelaskan sedikit mengenai tata cara & tahap-tahapannya lalu diantar ke ruangan khusus untuk pengambilan sperma. 

Ruangannya seperti bilik kecil, ada TV berukuran 32 inc, sofa, meja kecil, wastafel dan sebuah kotak yang langsung terhubung ke lab. Tenang aja, pintu & kotak bisa dikunci dari dalam kok, ruangan juga sepertinya kedap suara, jadi amannn, hehehe.

Karena sudah pernah SA (tes sperma) sebelumnya, jadi udah khatam soal proses ini.

Setelah selesai ambil sperma, suster bilang agar saya kembali ke sini sekitar jam 10.30, diminta untuk banyak minum. 

Kenapa harus banyak minum? Karena saat kandung kemih penuh, posisi rahim akan lebih terangkat jadi bisa memaksimalkan proses insemnya nanti.

Jam 11 berlalu, dokternya belum datang juga. Sudah mulai gelisah karena nahan pipis dari tadi >____<. Salah sendiri sih harusnya minum pas udah deket-deket tindakan aja.

Jam 12, akhirnya suster mengijinkan saya berbaring di ruangan untuk tindakan insem. Udah diujung banget rasanya, duh.

Ruangan untuk tindakan berupa kamar kecil dengan kursi/ranjang khusus yang dapat disetel sehingga posisi pinggul lebih tinggi sedikit.

Jam 12.30, akhirnya dr. Irham datang juga. Segera tindakan. 

Begini tindakannya, jadi saya tidur, dr. Irham & suster masuk, hubby juga boleh masuk. Lalu datang mba petugas lab membawa semacam suntikan khusus lengkap dengan kateternya hasil wash sperma suami (yang sudah pernah HSG pasti tahu), konfimasi data saya & hubby, menjelaskan berapa juta hasil yang didapat before & after wash. 

Beberapa saat kemudian saya merasa benda dingin menyentuh kulit. Itu adalah semacam alat seperti cocor bebek dari besi. Gunanya untuk membantu membuka jalan agar kateter bisa masuk sampai jauh ke dalam, sedekat mungkin dengan posisi telur.  

Ini belum kerasa sakitnya, baru kerasa sakit ketika kateternya dimasukkan ke dalam. Aga ngilu sampai-sampai genggaman tangan hubby saya remas erat-erat, hahaha.

Setelah tindakan, diminta tiduran sebentar selama 30 menit-1 jam. Karena kebelet akhirnya saya tiduran cuma sekitar 45 menit deh, ah nyeseeelll.

Sebelum pulang, suster menuliskan sesuatu di buku saya, "tanggal 6 November jika ibu belum menstruasi, mohon untuk tes kehamilan (testpack)". Kira-kira H+16 setelah insem kalau dihitung-hitung.

Habis insem, beberapa jam kemudian perut rasanya kram banget, dipakai jalan pun susah. Sampai rumah akhirnya cuma bisa tidur. Badan mulai anget & malamnya demam. Perut makin kram dibanding pas sore.

Padahal yang saya baca, banyak juga yang ga ngerasain apa-apa setelah insem. Tapi ada juga yang perutnya kram. Cuma ga demam seperti saya. Mungkin memang tiap-tiap orang beda kondisinya kali ya. 

***

Nah ini nih waktu-waktu paling menyiksa dari semua tahapan insem, 2ww (2 weeks waiting). Hari-hari dilalui dengan penuh harap-harap cemas >,<. 

Mau ga kepikiran ga bisa. H+7 tangan sudah gatel pengen TP. Soalnya ada kan iklan TP yang klaim bisa mendeteksi kehamilan H+7 setelah berhubungan. Buahaha saya anaknya gampang kemakan iklan. Jadilah saya TP, tapi hasilnya masih (-). #ya iyalahh#

Bilang ke diri sendiri, "tahan..tahan..nanti aja TP pas tanggal 6". Tapi hati ga kuat euyyy, wkwk. TP lagi H+10 & H+12, masih (-) lagi.

H+12 tiba-tiba saya keluar flek. Makin cemas ini flek karena implantation embrio atau flek mau mens. Dari situ saya flek tiap hari.

H+15 flek tiba-tiba berhenti. Sudah ngarep, "wah berarti gw ga mens".

Tapi..

H+16 saya mens dong. Huaaa...hancur hati ini, huhuhu.  

Yah..mau gimana lagi, memang belum rejeki saya & hubby untuk dapat momongan bulan ini.

Mungkin Allah masih ingin melihat kami bersabar lagi. Terus memohon & tak berhenti ikhtiar adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan. Semoga siklus berikutnya kami lebih beruntung :).

UPDATE 

Ini saya tambahkan perkiraan biaya selama insem ini:

H+3: USG + dr. fee + admin fee = Rp 570.000
H+13: USG +dr. fee + admin fee + ovidrel/pemecah telur = Rp 1.300.600 (ovidrelnya sekitar 700 ribu)
H+14: tindakan insem sudah termasuk washing sperm + utrogestan =Rp 2.546.500

Jadi total biaya: Rp 4.417.100      

 
2 comments on "IUI/Inseminasi I"
  1. Ikut kram nih bacanya.
    Kalau aku hampir 7 tahun, tunggu baru punya momongan.
    Tapi tetap cara alami.
    Pernah baca inseminasi, sekilas aja.
    Sekarang jadi lebih tahu.
    Thank you for sharing, dear

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mba :D semoga cepat diberikan momongan buat kita yaa ^_^

      Delete